.
Home » » Islam Penyebabnya Ataukah Justru Solusi?

Islam Penyebabnya Ataukah Justru Solusi?


Ada seorang ibu - semoga Allah merahmatinya - di Facebook yang update status seperti ini,

"ada bbrp bias ttg perempuan yg mungkin msh diyakini masyarakat : ( 1) prmpuan fitnah dunia pnybb laki2 msuk neraka (2) prmpuan tdk layak mnjadi kepala keluarga meskipun kondisi laki2 sangat2 tdk memungkinkan mnjdi kepala keluarga (3) perempuan g perlu sekolah tinggi2 ..toh ke dapur jg...(4) prmpuan tdk perlu trlibat dlm politik dan msh bnyk lagi ... ini sangat brtentangan dgn apa yg sy temukan dlm fenomena kehidpan msyarakat disekitar sy... bnyk kaum ibu2 mncrtakan peritnya hidup mrka krn mrka yg hrs menanggung kehidupn keluarga, tdk heran pasar tradisonal lbh bnyak perempuan sebagai pedagang misalnya, namun meskpun demikian jk trjadi msalah keluarga seprti anak2 putus sekolah, anak2 g trurus dgn baik dsb... ibu yg disalahkan. 

Ada seorang ibu datang k rmh sy.. menangis mohon dibantu krn ingin anak sulungnya bisa kuliah smntara dia g punya biaya...krn suaminya mnderita pnyakit mental... smntara ibu itu pndidkannya hanya sampai SMP sj... sbb itu dia ingin anaknya lbh baik pndidikannya. berarti msh bnyk laki2/suami tdk mnjalankan kwajibannya...bahkan bisa dihitung dr 30 an jumlah ibu2 yg ikut pngajian kami hampir lbh dr 20 ibu2 itu para suami mrka brmsalah.... syukur saha ibu2 itu mnjdikan pengajian sbagai sarana mmperkuat kembali smangat mrka dn mnjdi hiburan bagi mrka. bagaimana peran dn sikap tokoh dn lembaga agama, knp tdk bnyak seruan pendakwah dn tokoh lembaga agama yg mau menegur sikap suami yg lalai mnjalankan kewajiban... bantuan dn binaan khusus agar suami trsebut mau mnjalnkan fungsinya.... 

knp selalu ayat2 quran yg ditawarkan ttg hal2 yg mnybutkan perempuan lah sumber fitnah itu... knp lg2 perempuan dgn sgela pngorbananya dinyatakan pnybb masuknya neraka anggota keluarga lainnya??/jk sumber pemikran kt adalah qur'an dn sunanh sy yakin semua pasti baik konseptualnya...tp oprsionalnya...??? "

Melihat pembicaraan ibu ini mengenai masalah sosial dan peran perempuan di masyarakat begitu jelas dan menyampaikan fakta-fakta dilapangan yang terjadi. Ibu ini sangat cerdas dan peduli, terlihat dari statusnya. Namun sayangnya, ibu ini terkesan menyalahkan islam, benarkah demikian?

Saya akan mencoba mengupas satu persatu.

Bismillah.

Ibu ini  mengatakan, “ada bbrp bias ttg perempuan yg mungkin msh diyakini masyarakat : ( 1) prmpuan fitnah dunia pnybb laki2 msuk neraka (2) prmpuan tdk layak mnjadi kepala keluarga meskipun kondisi laki2 sangat2 tdk memungkinkan mnjdi kepala keluarga (3) perempuan g perlu sekolah tinggi2 ..toh ke dapur jg...(4) prmpuan tdk perlu trlibat dlm politik dan msh bnyk lagi ...

Apakah kita mengetahui kenapa masyarakat masih meyakini hal demikian? Mari kita cari akar ‘permasalahannya’….  Statement pertama, perempuan adalah fitnah dunia yang menyebabkan laki-laki masuk neraka, ternyata yang menyatakan demikian adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang yang buta huruf dari Bani Hasyim, di Jazirah Arab. Beliau mengatakan,

“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita. (HR. Muttafaq ‘alaihi)

”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita.” (HR. Muslim)

Untuk statement pertama, sudah ketemu siapa yang menyebabkan ‘masalah’ ini, yakni Rasulullah, nabi ku, nabi kita semua. Apakah kita ingin menentang perkataan rasulullah ini? Namun sebelumnya, akan saya jelaskan maksud fitnah diatas..

Fitnah diatas berlaku kepada wanita secara umum, yakni wanita jahiliyah, wanita yang tidak memahami islam. Ketika wanita tersebut telah mengetahui adab-adab seorang muslimah, tentu ia bukanlah menjadi fitnah lagi, apa adab-adabnya? Saya yakin kita  mengetahuinya, yakni salah satunya tidak menampakkan aurat serta taat dengan suami. 

Apakah kita ingin menyamaratakan bahwa ibu-ibu pengajian dengan wanita-wanita pelacur adalah sama-sama bukanlah fitnah? Mereka semua sama? 

Apakah orang-orang beriman itu sama dgn orang-orang yg fasik? Mereka tdk sama. (as-sajadah :18)

Tentu wanita-wanita pelacur adalah fitnah, sedangkan wanita yang taat dengan adab-adabnya adalah:

"Wanita (istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka." (An-Nisa: 34)

Merekalah wanita sholehah yang begitu dimuliakan oleh islam. Bukan menjadi fitnah, namun justru menjadi gerbang ke surga.


Statemen kedua ibu ini yang perlu dikritisi adalah, perempuan tidak layak menjadi kepala keluarga.

Tahukah apa arti Kepala Keluarga dalam islam? Makna kepala keluarga dalam islam itu begitu dalam maknanya, dan salah jika mengartikannya hanya sebagai “yang mencari nafkah”

Allah swt berfirman : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An Nisa : 34)

Baik seorang istri maupun suami, masing-masing memiliki tanggungjawab yang SAMA besarnya namun BERBEDA tugasnya,

“seorang suami adalah pemimpin/pengatur atas keluarga rumahnya dan dia akan ditanya/diminta pertanggungjawabannya (kelak di akhirat) tentang mereka, dan seorang istri adalah pemimpin/pengatur atas rumah serta anaknya suami dia akan ditanya tentang mereka… dst. (HR. Al-Bukhari dan Muslim.)

lalu bagaimana jika sang suami tidak mampu memberikan nafkah, sedangkan itu adalah kewajibannya?

Kewajiban untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak berlaku meski suami miskin atau istri dalam keadaan kaya/berkecukupan. “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah ‎ berikan kepadanya. ‎Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (Ath-Thalaq:7)

Allah itu Maha Adil, Ia tidak membebankan/memaksakan jika memang suami tersebut tidak sangggup.  Kita tahu,  Selain masalah ekonomi, ada juga muslimah yang bekerja karena ingin mengabdikan ilmu yang telah didapatnya seperti dokter, guru dan lainnya. Dan mungkin ada juga muslimah yang bekerja untuk dapat meniti karirnya dibidang tertentu. Namun, selain alasan-alasan diatas, ada pula muslimah yang memilih tetap bekerja karena merasa bosan dengan pekerjaan rutinitas mengurus rumah tangga atau karena anggapan bahwa dengan bekerja pergaulan dan statusnya lebih baik dibanding hanya menjadi ibu rumah tangga.

Islam tidak melarang seorang muslimah untuk bekerja, bukankah putri Rasulullah Fatimah mendapatkan upah dari hasil menumbuk gandum. Kisah istri Nabi Ayub yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga ketika Nabi Ayub tengah sakit, juga adalah contoh bagaimana muslimah mengambil peran dalam turut memenuhi kebutuhan keluarga. 

Namun tentunya Islam sebagai agama yang sempurna dan komplit memberikan petunjuk dan arahan apa dan bagaimana sebaiknya muslimah bekerja. Dan tidak hanya batasan mengenai pekerjaan apa yang baik, apa yang harus dihindari, tetapi Islam pun memberikan panduan tentang penghasilan serta harta seorang muslimah yang bekerja. 

Tugas atau peran utama yang harus dijalankan oleh seorang muslimah yang telah menjadi istri dan ibu adalah mengurus rumah tangga, mendidik anak, menjaga harta suami, menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah yang tak kalah beratnya dari pekerjaan suami untuk memenuhi nafkah. 

Walaupun sang suami tidak mampu memberikan nafkah misalnya, maka peran utama tersebut tetap dibebankan kepada sang istri. Karena mengurus rumah tangga itu hukumnya wajib bagi seorang istri, sedangkan bekerja dan mencari nafkah itu bukanlah kewajiban bagi istri.

Jadi di dalam islam, meskipun sang istri yang mencari nafkah, namun tetap kepala keluarga adalah sang suami. Islam tidak mengenal istilah, siapa yang mencari nafkah dialah yang menjadi kepala keluarga.

Untuk statement ke tiga, perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi toh akan kedapur juga, saya tidak akan membahasnya, islam tidak mengajarkan demikian! Ini adalah ajaran dari Penjajahan Belanda di Indonesia.

Untuk statement keempat, perempuan tidak perlu terlibat dalam politik…

Maka perlu dijelaskan terlebih dahulu, politik seperti apakah yang dimaksud? 

Kalau politik yang kita maksudkan adalah perempuan yang ikut parpol/parlemen, benarkah dengan bertambahnya jumlah wanita di parlemen, masalah wanita akan dapat di selesaikan? Mungkin kita perlu merenung dengan mendalam kisah yang terjadi di Argentina. Di negara Amerika Latin ini, jumlah wanita yang berada di Kongres Kebangsaan (National Congress) telah mencapai 40% tapi masalah wanita tetap tidak dapat diselesaikan. Survei yang dijalankan oleh The National Women's Council (Consejo Nacional de la Mujer, CNM) dan dipublish dalam surat kabar Minuto Uno mengatakan bahwa setiap satu dari tiga wanita Argentina telah mengalami kekerasan dalam rumah tangga, psikologi, dan pelecehan seksual dan kesusahan ekonomi di dalam rumah. Selain itu, di wilayah Buenos Aires, 70 % daripada 9,000 hingga 11,000 pengaduan ke polisi setiap tahun, adalah pengaduan yang berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga [La Nación 3 Dec. 2007; El Siglo 29 Sept. 2007]. Ini merupakan salah satu bukti bahwa banyaknya jumlah wanita di parlemen/berpolitik tidak menjamin permasalahan yang dialami kaum perempuan ini dapat diatasi.


Tapi jika yang kita maksudkan adalah politik yang islami, maka wanita diperbolehkan..  perempuan dan laki-laki dibebankan kewajiban yang sama dalam Amar Ma’aruf dan Nahi Munkar.. bagaimana politik yang islami? Saya tidak akan membahasnya disini..

Ibu ini mengatakan, “ini sangat brtentangan dgn apa yg sy temukan dlm fenomena kehidpan msyarakat disekitar sy... bnyk kaum ibu2 mncrtakan peritnya hidup mrka krn mrka yg hrs menanggung kehidupn keluarga, tdk heran pasar tradisonal lbh bnyak perempuan sebagai pedagang misalnya, namun meskpun demikian jk trjadi msalah keluarga seprti anak2 putus sekolah, anak2 g trurus dgn baik dsb... ibu yg disalahkan. Ada seorang ibu datang k rmh sy.. menangis mohon dibantu krn ingin anak sulungnya bisa kuliah smntara dia g punya biaya...krn suaminya mnderita pnyakit mental... smntara ibu itu pndidkannya hanya sampai SMP sj... sbb itu dia ingin anaknya lbh baik pndidikannya. berarti msh bnyk laki2/suami tdk mnjalankan kwajibannya...bahkan bisa dihitung dr 30 an jumlah ibu2 yg ikut pngajian kami hampir lbh dr 20 ibu2 itu para suami mrka brmsalah....”

Mari kita cari lagi penyebab masalahnya, apakah kejadian diatas dikarenakan ajaran islam (wanita adalah fitnah, tdk menjadi kepala keluarga, dst) penyebabnya? 

Jika iya, bagaimana kita bisa menjelaskan mengenai negara-negara nonmuslim / atau negara-negara maju yang dijadikan rujukan sebagian orang yg ‘intelek’, jelaskan kenapa mereka masih memiliki permasalahan yang sama, pengangguran?

Di Amerika gelombang pengangguran telah mencapai titik tertinggi sejak 5 tahun terakhir, yaitu 6.7%. Menurut Ian Shepherdson di High Frequency Economics, hanya dalam waktu 6 bulan AS telah kehilangan 1.55 juta lapangan kerja.  Tidak hanya di Amerika, jumlah pengangguran di Inggris diramalkan menembus 2,9 juta orang.. Saat ini rasio pengangguran di Inggris mencapai 5,8 persen. Di Hongkong pengangguran melonjak menjadi 3,5 persen. Adapun rasio pengangguran di negara yang meggunakan Euro mencapai 7.5%, Jerman 7.5%, Jepang 4% dan Tiongkok 4% dan negara-negara lainnya di barat ataupun di timur tengah ramai melakukan PHK masal.

International Labour Organization (ILO) memperkirakan, jumlah pengangguran di seluruh dunia akan mencapai 210 juta pada akhir 2009. Jumlah itu meningkat sekitar 20 juta orang jika dibandingkan dengan pengangguran pada 2007, yang mencapai 190 juta orang. Peningkatan itu disebabkan maraknya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda banyak industri besar di seluruh dunia.

Maukah kalian  mendengarkan sudut pandang saya mengenai masalah diatas mengenai penyebabnya?

Menurut saya, penyebabnya adalah karena salah urus negara ini. Kenapa bisa salah urus? Karena yang kita angkat sebagai wakil rakyat/pemimpin adalah orang-orang yang itu-itu saja! Kenapa hanya orang itu-itu saja yang bisa kita coblos saat pemilihan? Karena parpol adalah milik perseorangan! Kenapa bisa? Ya bisa-bisa saja, di alam demokrasi ini siapapun bisa bentuk parpol asalkan punya uang! Jadi solusinya?

Justru syariat islam lah solusinya!

Dalam sistem ekonomi Islam yang diterapkan oleh negara (Khilafah), PHK sangat kecil sekali kemungkinannya bakal terjadi. Sebab, prinsip ekonomi Islam yang dianut adalah penyerapan pasar domestik yang sangat didukung oleh negara dalam rangka memenuhi kebutuhan individu masyarakatnya. Ekspor bukan lagi tujuan utama hasil produksi. Sebab, sistem mata uangnya juga sudah sangat stabil, yaitu dengan menggunakan standar emas (dinar dan dirham). Dengan demikian, negara tidak membutuhkan cadangan devisa mata uang negara lain karena semua transaksi akan menggunakan dinar/dirham atau dikaitkan dengan emas.

Negara juga akan menerapkan sistem transaksi hanya di sektor riil dan menghentikan segala bentuk transaksi ribawi dan non riil lainnya. Dengan begitu, perputaran barang dari sektor riil akan sangat cepat dan tidak akan mengalami penumpukkan stok. Penawaran dan permintaan bukanlah indikator untuk menaikkan/menurunkan harga ataupun inflasi, karena jumlah uang yang beredar stabil sehingga harga akan stabil. Negara pun tidak perlu repot-repot mengatur jumlah uang beredar dengan menaikkan/menurunkan suku bunga acuan seperti yang dilakukan negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis. Negara hanya akan memantau dan memastikan kelancaran proses distribusi barang dan jasa agar segala kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

Selain itu, dalam sistem ekonomi Islam, negaralah yang mengelola sumber kekayaan yang menjadi milik rakyat. Hasilnya dikembalikan lagi kepada rakyat. Dengan demikian, jaminan sosial bagi masyarakat, seperti pendidikan dan kesehatan, akan terpenuhi. Dalam kondisi seperti ini, daya beli masyarakat akan sangat kuat dan stabil. Harga tinggi bukan merupakan persoalan dalam sistem ekonomi Islam. Dengan terpenuhinya kebutuhan individu, pola hidup masyarakat pun menjadi lebih terarah. Mereka tidak lagi terperangkap dalam pola hidup individualis, dengan bersaing dan harus menang, dengan menghalakan segala cara.

Bagaimana dengan mengatasi kemiskinan?

Islam tidak bersikap acuh tak acuh dan membiarkan nasib fakir miskin terlantar. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menetapkan bagi mereka suatu hak tertentu yang ada pada harta orang-orang kaya, dan suatu bagian yang tetap dan pasti yaitu zakat. Sasaran utama zakat adalah untuk mencukupi kebutuhan orang-orang miskin.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha mengetahui, Maha bijaksana. [at-Taubah/9:60]

Dengan zakat, masalah kemiskinan akan teratasi.

Ibu ini mengatakan “syukur saha ibu2 itu mnjdikan pengajian sbagai sarana mmperkuat kembali smangat mrka dn mnjdi hiburan bagi mrka. bagaimana peran dn sikap tokoh dn lembaga agama, knp tdk bnyak seruan pendakwah dn tokoh lembaga agama yg mau menegur sikap suami yg lalai mnjalankan kewajiban... bantuan dn binaan khusus agar suami trsebut mau mnjalnkan fungsinya.... knp selalu ayat2 quran yg ditawarkan ttg hal2 yg mnybutkan perempuan lah sumber fitnah itu... knp lg2 perempuan dgn sgela pngorbananya dinyatakan pnybb masuknya neraka anggota keluarga lainnya??/jk sumber pemikran kt adalah qur'an dn sunanh sy yakin semua pasti baik konseptualnya...tp oprsionalnya...???”

Mari kita cari akar permasalahannya lagi, apakah yang salah adalah islam nya ataukah pribadi tokoh dan lembaga tersebut, atau bahkan sistem negara ini penyebabnya?

Apakah kita tahu! di dalam islam, suami yang tidak memberikan nafkah ada hukumannya!

Umar bin Khottob pernah mengatakan,”Tidak sepantasnya seorang dari kalian hanya duduk-duduk saja tidak mencari rezeki dan hanya berdoa,’Wahai Allah berikanlah aku rezeki.’ Bukankah kalian telah mengetahui bahwa langit tidak akan menurunkan emas dan perak.”

Didalam kitab ”al Mausu’ah” disebutkan bahwa para fuqaha telah bersepakat kewajiban memberikan nafkah istri ada pada suaminya dikarenakan akad sah (perkawinannya)... Jika seorang suami tidak menunaikan kewajiban ini tanpa adanya penghalang yang berasal dari istrinya maka si istri memiliki hak untuk meminta nafkahnya tersebut melalui hakim sehingga si hakim mengambil dari suaminya secara paksa. Akan tetapi jika si suami tidak memberikan nafkahnya dikarenakan adanya penghalang dari istrinya, seperti : nusyuz (durhaka) maka dirinya tidak bisa dipaksa untuk mengeluarkan nafkahnya itu.

Namun lagi-lagi, negara ini tidak melindungi hak-hak seorang perempuan/istri, karena apa? Karena negara ini salah urus! Kok bisa… kita sudah tahu jawabannya kan? Islam adalah solusi, bukan penyebab permasalahan!

Itulah, kita sama-sama miris melihat negara ini, padahal kita tahu, sumber pemikiran kita adalah qur'an dn sunah, saya yakin semua pasti baik konseptualnya...tp jika operasionalnya tidak berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah, tapi justru menggunakan sistem demokrasi, sudah pasti hancur lebur, kacau, tidak berkah! Harusnya jika sumber pemikiran kita adalah Al-Quran dan Sunnah dan kita meyakini – bahkan mengimani- konspetualnya sangat baik, bukankah sebaiknya operasionalnya juga adalah menggunakan Al-Qur’an? Kenapa kita masih memilih UUD, KUHP, dll?

semoga, Al-Qur'an bukan hanya dijadikan bahan untuk dihapal, dilantunkan dalam pengajian-pengajian, tetapi dicermati dan dipahami isinya (belajar bahasa arab dong), jadi tidak akan salah faham dan menyalahkan islam seperti ini.

wallahu'alam.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Al-Mustaqbal.Net | Jamaah Tarbiyah | Ansar Mujahideen
Copyright © 2013. Catatan Anak Mushola Di Pontianak - All Rights Reserved
Saya hanya berusaha menanggapi berbagai peristiwa yang terjadi
dengan kapasitas ilmu yang saya miliki