.

http://ibnumushab.blogspot.com

Latest Article Baca Sampai Habis Dulu, Baru Komen

Islam Penyebabnya Ataukah Justru Solusi?

Monday, July 22, 2013


Ada seorang ibu - semoga Allah merahmatinya - di Facebook yang update status seperti ini,

"ada bbrp bias ttg perempuan yg mungkin msh diyakini masyarakat : ( 1) prmpuan fitnah dunia pnybb laki2 msuk neraka (2) prmpuan tdk layak mnjadi kepala keluarga meskipun kondisi laki2 sangat2 tdk memungkinkan mnjdi kepala keluarga (3) perempuan g perlu sekolah tinggi2 ..toh ke dapur jg...(4) prmpuan tdk perlu trlibat dlm politik dan msh bnyk lagi ... ini sangat brtentangan dgn apa yg sy temukan dlm fenomena kehidpan msyarakat disekitar sy... bnyk kaum ibu2 mncrtakan peritnya hidup mrka krn mrka yg hrs menanggung kehidupn keluarga, tdk heran pasar tradisonal lbh bnyak perempuan sebagai pedagang misalnya, namun meskpun demikian jk trjadi msalah keluarga seprti anak2 putus sekolah, anak2 g trurus dgn baik dsb... ibu yg disalahkan. 

Ada seorang ibu datang k rmh sy.. menangis mohon dibantu krn ingin anak sulungnya bisa kuliah smntara dia g punya biaya...krn suaminya mnderita pnyakit mental... smntara ibu itu pndidkannya hanya sampai SMP sj... sbb itu dia ingin anaknya lbh baik pndidikannya. berarti msh bnyk laki2/suami tdk mnjalankan kwajibannya...bahkan bisa dihitung dr 30 an jumlah ibu2 yg ikut pngajian kami hampir lbh dr 20 ibu2 itu para suami mrka brmsalah.... syukur saha ibu2 itu mnjdikan pengajian sbagai sarana mmperkuat kembali smangat mrka dn mnjdi hiburan bagi mrka. bagaimana peran dn sikap tokoh dn lembaga agama, knp tdk bnyak seruan pendakwah dn tokoh lembaga agama yg mau menegur sikap suami yg lalai mnjalankan kewajiban... bantuan dn binaan khusus agar suami trsebut mau mnjalnkan fungsinya.... 

knp selalu ayat2 quran yg ditawarkan ttg hal2 yg mnybutkan perempuan lah sumber fitnah itu... knp lg2 perempuan dgn sgela pngorbananya dinyatakan pnybb masuknya neraka anggota keluarga lainnya??/jk sumber pemikran kt adalah qur'an dn sunanh sy yakin semua pasti baik konseptualnya...tp oprsionalnya...??? "

Melihat pembicaraan ibu ini mengenai masalah sosial dan peran perempuan di masyarakat begitu jelas dan menyampaikan fakta-fakta dilapangan yang terjadi. Ibu ini sangat cerdas dan peduli, terlihat dari statusnya. Namun sayangnya, ibu ini terkesan menyalahkan islam, benarkah demikian?

Saya akan mencoba mengupas satu persatu.

Bismillah.

Ibu ini  mengatakan, “ada bbrp bias ttg perempuan yg mungkin msh diyakini masyarakat : ( 1) prmpuan fitnah dunia pnybb laki2 msuk neraka (2) prmpuan tdk layak mnjadi kepala keluarga meskipun kondisi laki2 sangat2 tdk memungkinkan mnjdi kepala keluarga (3) perempuan g perlu sekolah tinggi2 ..toh ke dapur jg...(4) prmpuan tdk perlu trlibat dlm politik dan msh bnyk lagi ...

Apakah kita mengetahui kenapa masyarakat masih meyakini hal demikian? Mari kita cari akar ‘permasalahannya’….  Statement pertama, perempuan adalah fitnah dunia yang menyebabkan laki-laki masuk neraka, ternyata yang menyatakan demikian adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang yang buta huruf dari Bani Hasyim, di Jazirah Arab. Beliau mengatakan,

“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita. (HR. Muttafaq ‘alaihi)

”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita.” (HR. Muslim)

Untuk statement pertama, sudah ketemu siapa yang menyebabkan ‘masalah’ ini, yakni Rasulullah, nabi ku, nabi kita semua. Apakah kita ingin menentang perkataan rasulullah ini? Namun sebelumnya, akan saya jelaskan maksud fitnah diatas..

Fitnah diatas berlaku kepada wanita secara umum, yakni wanita jahiliyah, wanita yang tidak memahami islam. Ketika wanita tersebut telah mengetahui adab-adab seorang muslimah, tentu ia bukanlah menjadi fitnah lagi, apa adab-adabnya? Saya yakin kita  mengetahuinya, yakni salah satunya tidak menampakkan aurat serta taat dengan suami. 

Apakah kita ingin menyamaratakan bahwa ibu-ibu pengajian dengan wanita-wanita pelacur adalah sama-sama bukanlah fitnah? Mereka semua sama? 

Apakah orang-orang beriman itu sama dgn orang-orang yg fasik? Mereka tdk sama. (as-sajadah :18)

Tentu wanita-wanita pelacur adalah fitnah, sedangkan wanita yang taat dengan adab-adabnya adalah:

"Wanita (istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka." (An-Nisa: 34)

Merekalah wanita sholehah yang begitu dimuliakan oleh islam. Bukan menjadi fitnah, namun justru menjadi gerbang ke surga.


Statemen kedua ibu ini yang perlu dikritisi adalah, perempuan tidak layak menjadi kepala keluarga.

Tahukah apa arti Kepala Keluarga dalam islam? Makna kepala keluarga dalam islam itu begitu dalam maknanya, dan salah jika mengartikannya hanya sebagai “yang mencari nafkah”

Allah swt berfirman : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An Nisa : 34)

Baik seorang istri maupun suami, masing-masing memiliki tanggungjawab yang SAMA besarnya namun BERBEDA tugasnya,

“seorang suami adalah pemimpin/pengatur atas keluarga rumahnya dan dia akan ditanya/diminta pertanggungjawabannya (kelak di akhirat) tentang mereka, dan seorang istri adalah pemimpin/pengatur atas rumah serta anaknya suami dia akan ditanya tentang mereka… dst. (HR. Al-Bukhari dan Muslim.)

lalu bagaimana jika sang suami tidak mampu memberikan nafkah, sedangkan itu adalah kewajibannya?

Kewajiban untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak berlaku meski suami miskin atau istri dalam keadaan kaya/berkecukupan. “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah ‎ berikan kepadanya. ‎Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (Ath-Thalaq:7)

Allah itu Maha Adil, Ia tidak membebankan/memaksakan jika memang suami tersebut tidak sangggup.  Kita tahu,  Selain masalah ekonomi, ada juga muslimah yang bekerja karena ingin mengabdikan ilmu yang telah didapatnya seperti dokter, guru dan lainnya. Dan mungkin ada juga muslimah yang bekerja untuk dapat meniti karirnya dibidang tertentu. Namun, selain alasan-alasan diatas, ada pula muslimah yang memilih tetap bekerja karena merasa bosan dengan pekerjaan rutinitas mengurus rumah tangga atau karena anggapan bahwa dengan bekerja pergaulan dan statusnya lebih baik dibanding hanya menjadi ibu rumah tangga.

Islam tidak melarang seorang muslimah untuk bekerja, bukankah putri Rasulullah Fatimah mendapatkan upah dari hasil menumbuk gandum. Kisah istri Nabi Ayub yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga ketika Nabi Ayub tengah sakit, juga adalah contoh bagaimana muslimah mengambil peran dalam turut memenuhi kebutuhan keluarga. 

Namun tentunya Islam sebagai agama yang sempurna dan komplit memberikan petunjuk dan arahan apa dan bagaimana sebaiknya muslimah bekerja. Dan tidak hanya batasan mengenai pekerjaan apa yang baik, apa yang harus dihindari, tetapi Islam pun memberikan panduan tentang penghasilan serta harta seorang muslimah yang bekerja. 

Tugas atau peran utama yang harus dijalankan oleh seorang muslimah yang telah menjadi istri dan ibu adalah mengurus rumah tangga, mendidik anak, menjaga harta suami, menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah yang tak kalah beratnya dari pekerjaan suami untuk memenuhi nafkah. 

Walaupun sang suami tidak mampu memberikan nafkah misalnya, maka peran utama tersebut tetap dibebankan kepada sang istri. Karena mengurus rumah tangga itu hukumnya wajib bagi seorang istri, sedangkan bekerja dan mencari nafkah itu bukanlah kewajiban bagi istri.

Jadi di dalam islam, meskipun sang istri yang mencari nafkah, namun tetap kepala keluarga adalah sang suami. Islam tidak mengenal istilah, siapa yang mencari nafkah dialah yang menjadi kepala keluarga.

Untuk statement ke tiga, perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi toh akan kedapur juga, saya tidak akan membahasnya, islam tidak mengajarkan demikian! Ini adalah ajaran dari Penjajahan Belanda di Indonesia.

Untuk statement keempat, perempuan tidak perlu terlibat dalam politik…

Maka perlu dijelaskan terlebih dahulu, politik seperti apakah yang dimaksud? 

Kalau politik yang kita maksudkan adalah perempuan yang ikut parpol/parlemen, benarkah dengan bertambahnya jumlah wanita di parlemen, masalah wanita akan dapat di selesaikan? Mungkin kita perlu merenung dengan mendalam kisah yang terjadi di Argentina. Di negara Amerika Latin ini, jumlah wanita yang berada di Kongres Kebangsaan (National Congress) telah mencapai 40% tapi masalah wanita tetap tidak dapat diselesaikan. Survei yang dijalankan oleh The National Women's Council (Consejo Nacional de la Mujer, CNM) dan dipublish dalam surat kabar Minuto Uno mengatakan bahwa setiap satu dari tiga wanita Argentina telah mengalami kekerasan dalam rumah tangga, psikologi, dan pelecehan seksual dan kesusahan ekonomi di dalam rumah. Selain itu, di wilayah Buenos Aires, 70 % daripada 9,000 hingga 11,000 pengaduan ke polisi setiap tahun, adalah pengaduan yang berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga [La Nación 3 Dec. 2007; El Siglo 29 Sept. 2007]. Ini merupakan salah satu bukti bahwa banyaknya jumlah wanita di parlemen/berpolitik tidak menjamin permasalahan yang dialami kaum perempuan ini dapat diatasi.


Tapi jika yang kita maksudkan adalah politik yang islami, maka wanita diperbolehkan..  perempuan dan laki-laki dibebankan kewajiban yang sama dalam Amar Ma’aruf dan Nahi Munkar.. bagaimana politik yang islami? Saya tidak akan membahasnya disini..

Ibu ini mengatakan, “ini sangat brtentangan dgn apa yg sy temukan dlm fenomena kehidpan msyarakat disekitar sy... bnyk kaum ibu2 mncrtakan peritnya hidup mrka krn mrka yg hrs menanggung kehidupn keluarga, tdk heran pasar tradisonal lbh bnyak perempuan sebagai pedagang misalnya, namun meskpun demikian jk trjadi msalah keluarga seprti anak2 putus sekolah, anak2 g trurus dgn baik dsb... ibu yg disalahkan. Ada seorang ibu datang k rmh sy.. menangis mohon dibantu krn ingin anak sulungnya bisa kuliah smntara dia g punya biaya...krn suaminya mnderita pnyakit mental... smntara ibu itu pndidkannya hanya sampai SMP sj... sbb itu dia ingin anaknya lbh baik pndidikannya. berarti msh bnyk laki2/suami tdk mnjalankan kwajibannya...bahkan bisa dihitung dr 30 an jumlah ibu2 yg ikut pngajian kami hampir lbh dr 20 ibu2 itu para suami mrka brmsalah....”

Mari kita cari lagi penyebab masalahnya, apakah kejadian diatas dikarenakan ajaran islam (wanita adalah fitnah, tdk menjadi kepala keluarga, dst) penyebabnya? 

Jika iya, bagaimana kita bisa menjelaskan mengenai negara-negara nonmuslim / atau negara-negara maju yang dijadikan rujukan sebagian orang yg ‘intelek’, jelaskan kenapa mereka masih memiliki permasalahan yang sama, pengangguran?

Di Amerika gelombang pengangguran telah mencapai titik tertinggi sejak 5 tahun terakhir, yaitu 6.7%. Menurut Ian Shepherdson di High Frequency Economics, hanya dalam waktu 6 bulan AS telah kehilangan 1.55 juta lapangan kerja.  Tidak hanya di Amerika, jumlah pengangguran di Inggris diramalkan menembus 2,9 juta orang.. Saat ini rasio pengangguran di Inggris mencapai 5,8 persen. Di Hongkong pengangguran melonjak menjadi 3,5 persen. Adapun rasio pengangguran di negara yang meggunakan Euro mencapai 7.5%, Jerman 7.5%, Jepang 4% dan Tiongkok 4% dan negara-negara lainnya di barat ataupun di timur tengah ramai melakukan PHK masal.

International Labour Organization (ILO) memperkirakan, jumlah pengangguran di seluruh dunia akan mencapai 210 juta pada akhir 2009. Jumlah itu meningkat sekitar 20 juta orang jika dibandingkan dengan pengangguran pada 2007, yang mencapai 190 juta orang. Peningkatan itu disebabkan maraknya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda banyak industri besar di seluruh dunia.

Maukah kalian  mendengarkan sudut pandang saya mengenai masalah diatas mengenai penyebabnya?

Menurut saya, penyebabnya adalah karena salah urus negara ini. Kenapa bisa salah urus? Karena yang kita angkat sebagai wakil rakyat/pemimpin adalah orang-orang yang itu-itu saja! Kenapa hanya orang itu-itu saja yang bisa kita coblos saat pemilihan? Karena parpol adalah milik perseorangan! Kenapa bisa? Ya bisa-bisa saja, di alam demokrasi ini siapapun bisa bentuk parpol asalkan punya uang! Jadi solusinya?

Justru syariat islam lah solusinya!

Dalam sistem ekonomi Islam yang diterapkan oleh negara (Khilafah), PHK sangat kecil sekali kemungkinannya bakal terjadi. Sebab, prinsip ekonomi Islam yang dianut adalah penyerapan pasar domestik yang sangat didukung oleh negara dalam rangka memenuhi kebutuhan individu masyarakatnya. Ekspor bukan lagi tujuan utama hasil produksi. Sebab, sistem mata uangnya juga sudah sangat stabil, yaitu dengan menggunakan standar emas (dinar dan dirham). Dengan demikian, negara tidak membutuhkan cadangan devisa mata uang negara lain karena semua transaksi akan menggunakan dinar/dirham atau dikaitkan dengan emas.

Negara juga akan menerapkan sistem transaksi hanya di sektor riil dan menghentikan segala bentuk transaksi ribawi dan non riil lainnya. Dengan begitu, perputaran barang dari sektor riil akan sangat cepat dan tidak akan mengalami penumpukkan stok. Penawaran dan permintaan bukanlah indikator untuk menaikkan/menurunkan harga ataupun inflasi, karena jumlah uang yang beredar stabil sehingga harga akan stabil. Negara pun tidak perlu repot-repot mengatur jumlah uang beredar dengan menaikkan/menurunkan suku bunga acuan seperti yang dilakukan negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis. Negara hanya akan memantau dan memastikan kelancaran proses distribusi barang dan jasa agar segala kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

Selain itu, dalam sistem ekonomi Islam, negaralah yang mengelola sumber kekayaan yang menjadi milik rakyat. Hasilnya dikembalikan lagi kepada rakyat. Dengan demikian, jaminan sosial bagi masyarakat, seperti pendidikan dan kesehatan, akan terpenuhi. Dalam kondisi seperti ini, daya beli masyarakat akan sangat kuat dan stabil. Harga tinggi bukan merupakan persoalan dalam sistem ekonomi Islam. Dengan terpenuhinya kebutuhan individu, pola hidup masyarakat pun menjadi lebih terarah. Mereka tidak lagi terperangkap dalam pola hidup individualis, dengan bersaing dan harus menang, dengan menghalakan segala cara.

Bagaimana dengan mengatasi kemiskinan?

Islam tidak bersikap acuh tak acuh dan membiarkan nasib fakir miskin terlantar. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menetapkan bagi mereka suatu hak tertentu yang ada pada harta orang-orang kaya, dan suatu bagian yang tetap dan pasti yaitu zakat. Sasaran utama zakat adalah untuk mencukupi kebutuhan orang-orang miskin.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha mengetahui, Maha bijaksana. [at-Taubah/9:60]

Dengan zakat, masalah kemiskinan akan teratasi.

Ibu ini mengatakan “syukur saha ibu2 itu mnjdikan pengajian sbagai sarana mmperkuat kembali smangat mrka dn mnjdi hiburan bagi mrka. bagaimana peran dn sikap tokoh dn lembaga agama, knp tdk bnyak seruan pendakwah dn tokoh lembaga agama yg mau menegur sikap suami yg lalai mnjalankan kewajiban... bantuan dn binaan khusus agar suami trsebut mau mnjalnkan fungsinya.... knp selalu ayat2 quran yg ditawarkan ttg hal2 yg mnybutkan perempuan lah sumber fitnah itu... knp lg2 perempuan dgn sgela pngorbananya dinyatakan pnybb masuknya neraka anggota keluarga lainnya??/jk sumber pemikran kt adalah qur'an dn sunanh sy yakin semua pasti baik konseptualnya...tp oprsionalnya...???”

Mari kita cari akar permasalahannya lagi, apakah yang salah adalah islam nya ataukah pribadi tokoh dan lembaga tersebut, atau bahkan sistem negara ini penyebabnya?

Apakah kita tahu! di dalam islam, suami yang tidak memberikan nafkah ada hukumannya!

Umar bin Khottob pernah mengatakan,”Tidak sepantasnya seorang dari kalian hanya duduk-duduk saja tidak mencari rezeki dan hanya berdoa,’Wahai Allah berikanlah aku rezeki.’ Bukankah kalian telah mengetahui bahwa langit tidak akan menurunkan emas dan perak.”

Didalam kitab ”al Mausu’ah” disebutkan bahwa para fuqaha telah bersepakat kewajiban memberikan nafkah istri ada pada suaminya dikarenakan akad sah (perkawinannya)... Jika seorang suami tidak menunaikan kewajiban ini tanpa adanya penghalang yang berasal dari istrinya maka si istri memiliki hak untuk meminta nafkahnya tersebut melalui hakim sehingga si hakim mengambil dari suaminya secara paksa. Akan tetapi jika si suami tidak memberikan nafkahnya dikarenakan adanya penghalang dari istrinya, seperti : nusyuz (durhaka) maka dirinya tidak bisa dipaksa untuk mengeluarkan nafkahnya itu.

Namun lagi-lagi, negara ini tidak melindungi hak-hak seorang perempuan/istri, karena apa? Karena negara ini salah urus! Kok bisa… kita sudah tahu jawabannya kan? Islam adalah solusi, bukan penyebab permasalahan!

Itulah, kita sama-sama miris melihat negara ini, padahal kita tahu, sumber pemikiran kita adalah qur'an dn sunah, saya yakin semua pasti baik konseptualnya...tp jika operasionalnya tidak berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah, tapi justru menggunakan sistem demokrasi, sudah pasti hancur lebur, kacau, tidak berkah! Harusnya jika sumber pemikiran kita adalah Al-Quran dan Sunnah dan kita meyakini – bahkan mengimani- konspetualnya sangat baik, bukankah sebaiknya operasionalnya juga adalah menggunakan Al-Qur’an? Kenapa kita masih memilih UUD, KUHP, dll?

semoga, Al-Qur'an bukan hanya dijadikan bahan untuk dihapal, dilantunkan dalam pengajian-pengajian, tetapi dicermati dan dipahami isinya (belajar bahasa arab dong), jadi tidak akan salah faham dan menyalahkan islam seperti ini.

wallahu'alam.

Al-Fahmu Yang Didambakan

Thursday, July 18, 2013


Al-Fahmu dalam diri setiap ikhwah adalah suatu keniscayaan, sebab ia dapat membantu diterimanya amal,  dan memelihara dirinya dari ketergelinciran.

Umar bin Abdul Aziz berkata: “Barangsiapa yang beramal tanpa di dasari ilmu, maka mudhoratnya  lebih banyak daripada maslahatnya”. [Sirah wa manaqibu Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Al-Jauzi; 250]

Orang yang ikhlas beramal tetapi tidak memiliki pemahaman yang benar dan tidak mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya mungkin dapat tersesat jauh.  Rasulullah saw bersabda:

“Satu orang faqih itu lebih berat bagi syetan daripada seribu ahli Ibadah” [At-Tirmidzi: 5/46. Nomor:2641]

Umar bin Al-Khattab juga berkata: “Kematian seribu ahli ibadah yang selalu shalat malam dan berpuasa di waktu siang itu lebih ringan daripada kematian orang cerdas yang mengetahui hal-hal yang dihalalkan dan diharamkan oleh Allah”. [Jami' bayanil ilmi wal fadhlihi; Ibnu Abdul Barr: 1/26]

Allah SWT melebihkan satu nabi yang lain karana kedalaman pemahaman yang dianugrahkan kepadanya. Allah SWT berfirman: “Maka Kami telah memberikan pemahaman kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat), dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu”. (Al-Anbiya:79)

Ibnu Abbas dimuliakan meski masih muda usianya, melebihi kebanyakan tokoh-tokoh senior lainnya, karena pemahaman yang baik yang dikaruniakan Allah kepadanya. Sehingga, ia berhak menjadi anggota Majelis Syura Amirul Mukminin Umar bin Khattab saat itu.

Oleh karena itu, wahai saudaraku, berusahalah memiliki pemahaman yang benar dan cermat. pemahaman yang mencapai dasar urusan dan menempatkan sesuatu pada tempatnya, tanpa berlebih-lebihan dan tanpa meremehkan. Juga pemahaman yang jernih, murni, integral dan menyeluruh. 

Sebab, barangsiapa yang dikaruniai oleh Allah pemahaman yang benar, maka ia telah mendapatkan karunia yang banyak, keutamaan yang besar terhindar dari ketergelinciran dan terjaga dari penyimpangan.

Ibnu Al-Qayyim berkata: “Benarnya pemahaman dan baiknya niat merupakan nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bahkan, hamba tidak dikarunia nikmat yang lebih utama setelah nikmat Islam melebihi kedua nikmat tersebut. Dua nikmat itu merupakan dua kaki dan tulang punggung Islam. Dengan keduanya, hamba terhindar dari jalan-jalan orang-orang yang dimurkai (yaitu orang-orang yang buruk niatnya), dan dari orang-orang yang sesat (yaitu orang-orang yang buruk pemahamannya), serta akan menjadi orang-orang yang diberi nikmat (yaitu orang-orang yang baik pemahaman dan tujuannya). Merekalah orang-orang yang terbimbing di jalan yang lurus, di mana kita semua diperintahkan memohon kepada Allah dalam setiap shalat agar dibimbing ke jalan mereka. Pemahaman merupakan cahaya yang disemayamkan oleh Allah dalam hati hamba-Nya. Dengannya , ia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk; yang haq dan yang batil; petunjuk dan kesesatan, penyimpangan dan kelurusan..” [A'alamul Muwaqqi'in; Ibnu Al-Qayyim: 1/187]

maka berdoa'alah seperti dalam Al Qur'an Surat Asy-Syu'ara ayat 83, dan ini termasuk doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim a.s.

رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

Artinya:
(Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku Hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh." 

Jangan Samakan Luthfi Dengan Mereka!

Wednesday, July 17, 2013


Coba lihat gambar diatasini, apa pendapat kalian? gambar tersebut diupload oleh teman2 dari PKS demi membela 'ulama' mereka. Jujur saja, ana merasa tersinggung, bagaimana mungkin ulama-ulama yang sangat ana banggakan, disamakan dengan seorang yang hina? hanya karena ia memiliki persamaan yakni 'dizhalimi' oleh penguasa?


Coba dengarkan dan perhatikan ulama-ulama kalian ini, adakah sama?

Hasan Al Banna dalam Majmuatu Rasail Kitab Risalah Muktamar Khamis saat menjelaskan posisi IM dengan Qanun Wadh'iyyah:
"Al Quran melarang zina, khamar, dan judi, namun pemerintah kita melegalkan zina, khamr, dan judi. Maka hukum manakah yang akan engkau pilih? Apakah engkau memilih ridha manusia dan meninggalkan hukum Allah atau engkau memilih ridha Allah dan menolak hukum buatan manusia?"

Sayyid Quthb dalam Ma'alim fith Thariq Bab Jihad Fii Sabilillah saat menjelaskan tafsir QS At Tawbah ayat 31:
Maka jelaslah bahwa Rasulullah sendiri yang menafsirkan ayat tersebut. Dengan itu kita bisa memahami bahwa taat kepada hukum selain hukum islam, adalah satu bentuk peribadahan yang dapat mengeluarkan pelakunya dari millah (murtad).

Syaikh Mustafa Masyhur dalam Kutaib Thariqah Ilal Hurriyah:
Kami tegaskan bahwa IM tidak akan pernah menggunakan cara pandang picik partai politik yang sekedar mencari cara untuk mengumpulkan banyak massa untuk meraih suara.

Dr. Abdul Aziz Rantisi:
Saya pilih meninggal dunia dihantam Apache!

Syaikhul Mujahid Abdullah Azzam:
Bumi dan bulan , serta semua planet dan bintang memiliki poros dan garis edar yang telah ditetapkan oleh Allahu ta'ala dimana saat mereka keluar dari poros tersebut maka binasalah mereka. Begitupun manusia, garis edarnya adalah hukum Allah, saat manusia keluar dari hukum Allah maka binasalah ia sebagaimana binasanya bumi bila keluar dari garis edarnya.

Al Ustadz Sayyid Hawa dalam Kitab Al Islam saat menjelaskan pembatal keislaman:
Di antara pembatal keislaman adalah menggunakan sistem pemerintahan selain Islam seperti demokrasi....

sedangkan Luthfi Hasan kalian itu berkata:
Saya akan tunduk pada ketentuan hukum (thaghut) yang berlaku.

 ---------
Gunakanlah bashirah saat menilai sesuatu. Jangan jadi orang bodoh! menyamakan Luthfi Hasan dengan orang2 hebat lainnya. Para ulama mujahid yang ana sebutkan diatas, ditangkap dan dibunuh karena ingin menegakkan islam, menegakkan tauhid, bukan karena korupsi.

Segera, sebelum terlambat tinggalkan kubangan demokrasi dan tegaklah menantang seperti Syaikh Hasan Al Banna dan Syaikh Sayyid Qutb, walaupun nanti orang akan menyebut kita ekstrimis atau teroris, sungguh jauh lebih baik daripada duduk di kursi parlemen sambil membisu saat ratusan aktivis ditembaki oleh densus keparat hanya karena DIDUGA, DIKIRA2, dan DIFITNAH sebagai teroris.

Istri & Anakmu Ada Yang Menjadi Musuhmu!

Saturday, July 13, 2013

 
 
 
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّ مِنۡ أَزۡوَٲجِكُمۡ وَأَوۡلَـٰدِڪُمۡ عَدُوًّ۬ا لَّڪُمۡ فَٱحۡذَرُوهُمۡ‌ۚ وَإِن تَعۡفُواْ وَتَصۡفَحُواْ وَتَغۡفِرُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampunkan (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi 
Maha Penyayang.”  (Surah At-Taghabun: 14)


SEBAB PENURUNAN AYAT

Menurut satu riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Ibnu Jarir daripada ‘Ata Ibn Yasar, dia berkata: Surah At-Taghabun telah diturunkan keseluruhannya di Makkah kecuali ayat 14 dan ayat-ayat berikutnya diturunkan di Madinah. Ayat 14 dalam surah ini diturunkan berkenaan kejadian yang terjadi kepada ‘Auf Ibn Malik al-’Ashja’i. Beliau mempunyai seorang isteri dan seorang anak. Ketika ‘Auf hendak pergi berperang di jalan Allah, isteri dan anaknya menangis dan menahannya supaya tidak pergi sambil mereka berkata, “Kepada siapa kami akan kamu tinggalkan?” ‘Auf berasa simpati dengan mereka dan tidak jadi pergi. Maka turunlah ayat 14 dalam surah ini menceritakan peristiwa berkenaan.

Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Imam At-Tirmizi dan Imam al-Hakim daripada Ibnu Abbas, dia berkata: Ayat yang berbunyi: “Sesungguhnya antara isteri-isteri dan anak-anak kamu ada yang menjadi musuh bagimu, oleh karena itu berhati-hatilah kamu”,  diturunkan berkenaan dengan satu kaum dari penduduk Makkah yang telah memeluk agama Islam, tetapi isteri-isteri dan anak-anak mereka tidak mau berhijrah ke Madinah tempat Rasulullah SAW berada. Apabila sampai di Madinah dan melihat masyarakat yang telah faham Islam, maka timbullah keinginan untuk menghukum isteri-isteri dan anak-anak mereka tetapi Allah menurunkan ayat yang berbunyi: “dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi mereka serta mengampunkan (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Meskipun dua riwayat di atas  berlainan antara satu sama lain, ia memberikan suatu gambaran latar belakang ayat yang diturunkan. Kedua-duanya menyentuh masalah ayah atau suami yang isteri dan anaknya menghalanginya atau melambatkannya untuk keluar di jalan Allah.  Kedua-dua riwayat itu juga memperlihatkan si ayah atau suami sebagai orang yang paling bertanggungjawab dalam rumah tangga memiliki kafa’ah dan usaha yang lebih daripada isteri dan anak-anakdari sudut ilmu, amal, iltizam, jihad dan lain-lain.

MEMILIH ANTARA  KELUARGA DAN PANGGILAN ALLAH
Perbedaan dari segi kefahaman dan iltizam ini kadangkala menampakkan hakikatnya dalam keadaan-keadaaan yang genting, seperti pergi untuk berperang atau berhijrah di jalan Allah karana perbuatan-perbuatan ini mungkin membawa kepada perpisahan keluarga. Keadaan ini memang menimbulkan masalah bagi seorang suami atau ayah dan di sinilah letaknya ujian-ujian Allah. Dalam keadaan ini, ia berada di tengah-tengah dua pilihan, antara memilih keluarga pada satu sisi, namun kefahaman dan keiltizamannya dengan panggilan Allah membuatnya ingin pergi. Apabila bersama keluarga lebih kuat menarik hatinya, maka isteri dan anak-anaknya tentu akan menahannya dan menjadikannya ragu untuk bergerak keluar rumah bahkan mungkin membatalkan niatnya sama sekali. Tetapi apabila  kefahaman dan keiltizaman seorang ayah atau suami lebih kuat, maka ia dapat melewati halangan-halangan itu seperti masa Nabi Ibrahim ketika diperintah menyembelih anaknya Ismail, atau seorang sahabat yang baru saja berumah tangga tetapi apabila berkumandang pangilan jihad ia pun meninggalkan isterinya dan terus berjihad sehingga syahid. Begitu juga jika kita lihat keadaan Imam Hasan Al-Banna yang tidak menghiraukan rayuan isterinya untuk menemaninya menjaga anaknya yang sedang demam. Beliau tetap meninggalkan rumah untuk menghadiri program penting dalam dakwahnya .

KEFAHAMAN DAN KEILTIZAMAN PERLU SEIMBANG
Jika sang suami - karena kepahamannya - berniat untuk menghukum istri dan anakanya karena  mereka menjadi penyebab dirinya bergerak lambat menyahut seruan Allah. Mungkin si ayah/suami menyangka isteri dan anak-anaknya telah sampai ke tahap kefahaman dan keiltizaman seperti dirinya yang bersedia menerima hukuman di atas kelambatan beramal. Ini adalah prasangka yang salah. Dalam hal ini  Allah melarang seorang suami menghukum isteri dan anak-anaknya karena menghalanginya menyahut panggilan Allah dengan firman-Nya :

“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampunkan (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Allah SWT memberikan tuntunan kepada ayah atau suami agar mengambil sikap pertengahan dan sederhana antara ‘tafrit’ dan ‘ifrat’ ketika terjadi seperti ini. Mengikuti ajakan keluarga dan mengabaikan seruan Allah adalah tafrit (tidak perduli). Karena itu Allah SWT memperingatkan kita dengan kata-kata, “berhati-hatilah kamu” atau “waspadalah kamu” dari ajakan keluarga. Tetapi ketika berniat untuk memukul atau menghukum keluarga, itupula adalah sifat ifrat (melampaui batas). Dalam hal ini Allah SWT menyuruh kita memaafkan mereka. Inilah dua sikap yang benar yang patut diambil oleh seorang ayah atau suami dalam menghadapi keluarga apabila terjadi seperti ini.

HAKIKAT MUSUH

Dalam ayat di atas Allah SWT menyatakan bahwa, “ada antara isteri-isterimu dan anak-anakmu yang menjadi musuh bagimu”. Menurut Ibnu Katsir pengertian musuh di sini adalah “sesuatu yang melalaikan daripada mengerjakan amal saleh” seperti firman Allah dalam surah al-Munafiqun ayat 9 yang bermaksud:

“Wahai orang-orang yang beriman janganlah harta-harta dan anak-anakmu melalaikan kamu daripada memperingati Allah. Barangsiapa berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”

Daripada pendapat Ibnu Katsir ini dapatlah diambil pengertian umum bahwa apa saja yang  melalaikan kita dari mengingat Allah, beramal saleh dan mentaati perintah Allah adalah musuh kita.
Dalam hal ini musuh kita yang paling utama adalah syaitan karena ia sentiasa menyuruh kita untuk mengingkari Allah SWT dan perintah-Nya. Usaha dan pergerakan syaitan dalam menjerumuskan diri  dan keimanan kita kadangkala dengan membisikkan ide dan pemikiran yang berlawanan dengan kehendak Allah. Tetapi dalam banyak hal, syaitan menggoda manusia melalui berbagai wasilah seperti isteri, anak-anak, harta, kedudukan, pangkat dan lain-lain.

Apabila kita tidak berhati-hati dan berwaspada, wasilah-wasilah ini yang seharusnya membantu ke arah mencapai keridhaan Allah SWT, telah ditunggangi dan diperalat oleh syaitan. Ingatlah firman Allah ketika Dia mengusir Iblis dari syurga dan memberikan kesempatan kepadanya (iblis) untuk menyesatkan manusia dengan segala wasilah yang ada padanya. wallahu'alam..

Haruskah Membela Mursi?

Innalillahi wa inna ilaihi ra’jiun. Masya Allah, laa haula wa laa quwwata illa billah.

Tanggal 3 Juli 2013, Presiden Mursi, pemimpin Mesir dikudeta oleh militer, di bawah pimpinan Jendral Abdul Fattah As Sissi. Masya Allah, ini adalah musibah dan bencana yang sangat menyedihkan.

Presiden Mursi baru berupaya memperbaiki kehidupan Mesir dengan langkah-langkahnya. Tetapi belum juga lama beliau memimpin, sebuah GELOMBANG REKAYASA POLITIK mendera dengan sangat kencangnya. Gelombang ini memanfaatkan beberapa lini: media massa, gerakan demo mahasiswa + aktivis, tekanan militer, tekanan internasional, tekanan ekonomi riil.

Rakyat Muslim, termasuk di Mesir, banyak yang tidak mengetahui dengan kenyataan-kenyataan ini. Maka itu Saudaraku, perbaikilah ilmu, wawasan, dan kesadaranmu! Jangan melulu ikut arus media terus. Media bisa menipu, tapi kesadaran diri jauh lebih kuat.

Dalam masa demikian, marilah kita membantu Presiden Mursi, dengan segala kekuatan yang kita mampu. Caranya…

  •  Akuilah, bahwa beliau masih Presiden Mesir yang sah!
  •  Bangunlah opini, bahwa beliau adalah presiden yang sah, sedangkan kudeta militer itu tidak sah!
  • Lakukan penolakan secara politik terhadap siapa saja yang buru-buru mengakui kepemimpinan pemimpin kudeta militer; dengan asumsi, sikap keterburuan dia itu menunjukkan, bahwa dia sangat ingin agar Mursi segera tumbang, sehingga tidak akan membahayakan kursi kerajaannya. (Sebuah Dinasti di Arab yang sekian lama banyak didoakan Umat dan dibantu dengan segala daya, kok malah suka melihat saudaranya teraniaya? Aneh. Inilah tanda-tanda kekuasaan politik Dinasti itu semakin senja).
  • Kalau mampu menolong secara dana, fasilitas, perlindungan, logistik, tenaga, pikiran, dan apapun, silakan saja. Dukungan itu tak sia-sia di sisi Allah Azza Wa Jalla.
  • Doakan Presiden Mursi dan saudara-saudara Ikhwanul Muslimin, agar mereka mendapatkan selamat. ‘afiyat, dan dijauhkan dari bala, bencana, dan kezhaliman. Amin Allahumma amin.

Kita tak usah memandang Presiden Mursi dari Ikhwanul Muslimin atau tidak; toh, mereka adalah saudara kita juga; sama-sama berjuang ingin menegakkan Islam, sesuai kemampuan dan caranya. Mereka itu saudara kita, sama-sama Ahlus Sunnah. Mari menolongnya sekuat kemampuan.

Imam Abdul Aziz bin Baz rahimahullah sejak lama selalu empati kepada perjuangan tokoh-tokoh Al Ikhwan. Beliau pernah memfatwakan agar kaum Muslimin menolong Ikhwanul Muslimin yang dibantai Hafezh Assad di Suriah.

Satu hal yang membuatku sangat terkesan dari sosok Presiden Mursi. Tentu, selain beliau Hafal Al Qur’an. Saat dalam pertemuan internasional di Teheran Iran, beliau membuka pidatonya dengan memuji para Shahabat Nabi Shallallah ‘Alaihi Wassallam. Ini adalah bentuk ejekan bagi Syiah Rafidhah yang hidupnya selalu memakan bangkai dan minum nanah (karena terus-menerus mencaci maki Shahabat dan menista mereka).

Semoga Presiden Mursi dapat melakukan seperti yang pernah diperbuat Khalifah Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘Anhu, beliau tetap memakai jubah kekuasaannya, meskipun rumahnya telah dikepung para pemberontak. 

Dan besar harapan saya, Presiden Mursi mau menegakkan syariat islam secara sempurna di bumi mesir. Bukan sistem demokrasi kufur dan campuraduk seperti saat ini. Semoga para salafi jihadi di mesir mengulurkan tangannya untuk membela kehormatan seorang muslim ini. Insyallah.

Allahummanshur li akhina Muhammad Mursi, farzuqhu nashran mubinan wa makhrajan min kulli musykilati wal fitnah. Wa anzhir wa ihzim kullu man fasada amrahu wa jarama mulkahu wa man ‘aanahum. Innaka antas sami’ud du’a ya Dzal Jalali wal Ikram. Wa shallallah ‘ala Rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi wa sallam. Amin Allahumma amin.
 
Support : Al-Mustaqbal.Net | Jamaah Tarbiyah | Ansar Mujahideen
Copyright © 2013. Catatan Anak Mushola Di Pontianak - All Rights Reserved
Saya hanya berusaha menanggapi berbagai peristiwa yang terjadi
dengan kapasitas ilmu yang saya miliki